Perundungan

Perundungan
(Dulu VS Sekarang)
Oleh
Mohammad Haris Jamroni
Anak-anak zaman dulu sering dianggap memiliki mental yang lebih tahan banting dibandingkan anak-anak zaman sekarang. Salah satu faktor utamanya adalah pola asuh dan lingkungan sosial yang berbeda. Anak dulu hidup di era yang lebih sederhana, di mana perundungan sering dianggap sebagai bagian dari dinamika sosial biasa. Mereka belajar menghadapi ejekan atau perlakuan kasar secara langsung dan terkadang menganggapnya sebagai bentuk "pendewasaan".
Namun, apakah benar mental anak dulu lebih kuat, ataukah dampak perundungan saat itu lebih tersamar?
Perundungan di era dulu cenderung bersifat fisik atau verbal, dan sering kali diselesaikan secara langsung antara pelaku dan korban. Anak-anak juga lebih sering bermain di luar rumah, yang memberikan mereka kesempatan untuk membentuk hubungan sosial yang mendukung dan memperbaiki kepercayaan diri.
Meski begitu, bukan berarti perundungan zaman dulu tidak berdampak. Dampak psikologisnya mungkin tidak langsung terlihat karena kurangnya kesadaran akan kesehatan mental. Banyak korban perundungan dulu yang membawa trauma hingga dewasa, meskipun mereka tidak menyadarinya.
Di sisi lain, anak-anak zaman sekarang menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Dunia digital membuka ruang baru bagi perundungan, seperti cyberbullying. Perundungan ini sering kali bersifat anonim, terus-menerus, dan sulit dihentikan. Dampaknya lebih berat secara psikologis karena jejak digital yang sulit dihapus, memperbesar rasa malu dan isolasi.
Pola asuh zaman dulu cenderung mengajarkan anak untuk "bertahan" dan menyelesaikan masalah sendiri. Orang tua jarang terlibat langsung dalam konflik anak, yang secara tidak langsung membentuk kemandirian. Sebaliknya, orang tua zaman sekarang cenderung lebih protektif, sering kali terlibat langsung dalam masalah anak-anak mereka.
Lingkungan sosial anak dulu juga lebih mendukung interaksi langsung. Anak-anak lebih banyak bermain di luar rumah, yang memberikan ruang untuk memperbaiki hubungan setelah konflik terjadi. Sementara itu, anak-anak sekarang lebih banyak berinteraksi melalui media digital, yang membuat mereka kehilangan kesempatan untuk membangun koneksi emosional yang mendalam.
Dampak perundungan, baik dulu maupun sekarang, sama-sama serius. Namun, cara penanganannya harus disesuaikan dengan konteks zaman.
1. Meningkatkan Kesadaran Kesehatan Mental; Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental perlu ditanamkan sejak dini. Anak-anak harus diajarkan untuk memahami emosi mereka dan mencari bantuan jika merasa tertekan.
2. Membangun Ketahanan Emosional: Pola asuh yang seimbang antara kemandirian dan dukungan emosional dapat membantu anak-anak menghadapi perundungan dengan lebih baik.
3. Menggunakan Teknologi dengan Bijak: Edukasi literasi digital sangat penting untuk mengajarkan anak-anak cara berinteraksi yang sehat di dunia maya. Orang tua juga harus memantau aktivitas digital anak tanpa bersifat mengontrol secara berlebihan.
4. Menciptakan Lingkungan Sosial yang Mendukung: Sekolah, keluarga, dan komunitas harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana anak-anak merasa aman untuk berbicara tentang masalah mereka.
Mental anak zaman dulu mungkin terlihat lebih kuat karena konteks sosial dan pola asuh yang berbeda. Namun, tantangan yang dihadapi anak-anak zaman sekarang jauh lebih kompleks, terutama dengan hadirnya perundungan digital. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih modern dan holistik diperlukan untuk membantu anak-anak menghadapi dampak perundungan dan membangun ketahanan mental yang lebih baik.
Semua pihak orang tua, guru, pemerintah, dan komunitas memiliki peran dalam menciptakan generasi yang tangguh, baik secara fisik maupun mental, untuk menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Saatnya Guru Berubah: Deep Learning Sebagai Jalan Baru Pendidikan Bermakna
- Manfaat Menanamkan Kebiasaan Beres-Beres Sejak Dini pada Anak
- Moderasi Beragama
- Loyalitas vs Kompetensi
Kembali ke Atas